CERPEN


Tikus dan Rumah Mewah Misterius
Cerpen Abdeel Halim El Bambi (HELB)

Sebagaimana tikus, kami punya ekor panjang layaknya tikus sejati. Kami punya kumis yang menempel kuat di kanan-kiri moncong kami. Kaki kami empat, yang depan tidak dianggap tangan karena juga berfungsi buat berjalan sekaligus merayap dan sesekali sebagai alat menggondol barang-barang kecil buat kami makan.
Sama seperti manusia, kami juga makhluk hidup yang punya rasa lapar, kami memakan apa saja bila perut keroncongan. Makan buat kami adalah cara untuk mempertahankan hidup karena kami adalah mahkluk Tuhan juga. Klau manusia punya penghormatan terhadap HAM, maka HAT (Hak Asasi Tikus) mestinya juga dihormati walau HAT sendiri tidak akan pernah disahkan secara khusus oleh PBB. Walaupun kami makhluk yang dianggap jorok, paling tidak dengan kondisi itu membuat manusia yang kadang-kadang serakah tidak lantas melahap kami sebagai santapan.
Musim kemarau panjang tiba…..
Seekor tikus kurus dengan mata melotot kekurangan gizi susah payah merayap ke sebuah liang. Dengan bersungut-sungut, ia menerobos setiap ruang liang. Tiba disebuah lubang yang agak gelap ia berhenti. Dia terperanjat karena didapati enam anaknya sudah tak bernyawa lagi, mereka mati kelaparan. Dengan perasaan yang getir ia menangis sejadi-jadinya, tapi air mata sudah lama kering, tidak ada lagi linangan airmata dalam musim kelaparan yang kejam itu. Tikus betina malang ini tidak mau lama-lama larut dalam kepiluan, ia bangkit dan menerobos ke luar liang dengan sisa tenanganya. Bersungut kesana-sini berharap ada cacing ditanah yang bisa ia lahap, tapi nyatanya yang ada hanya tanah gersang kerontang. Ia pergi lagi mencari sesuatu…
Tiba disebuah semak belukar yang sudah gundul, didapati seekor tikus jantan sedang meradang kesakitan.
“Ada apa? Kenapa dengan kondisi Anda?”
“Perutku ini mulai perih, enggak kena makan dalam beberapa hari ini,” tikus jantan menjawab sambil meradang. “Takutnya udah kena maag nih, tolong donk!” tambahnya.
“Aduh, nasib anda sama dengan nasib saya, bagaimana pula saya menolong anda, perut saya juga mules-mules.”
“Kok bisa ya, kita jadi kelaparan berat kayak gini, memangnya apa kita kena kutuk karena suka mengerat padi kepunyaan Apa Dolah itu?” Tambah tikus yang jantan.
“Ah, masak, sih. Memangnya kita tau apa soal kutukan, soal dosa, wong kita binatang kok, kalau ada padi orang didepan kita, maka saya yang pertama mengerat dan memakanya” Kata tikus betina ketus sambil memegang perut.
“Ayo kita mencari makanan! Masak udah kelaparan kayak gini kita masih diam terus!” Tikus jantan mulai bangkit, diikuti tikus betina. “Di depan kita ada perumahan, siapa tahu ada sesuatu didapur mereka yang bisa kita sikat,” tambah si jantan lagi.
Memang di hadapan mereka ada beberapa rumah yang mirip asrama. Kondisinya sudah agak kusam, atap-atap sengnya sudah karatan dimakan jaman. Di halaman asrama tergelantung pakaian-pakaian yang sedang dijemur. Ada kalong hitam (maksudnya celana dalam warna hitam), singlet, celana jeans lusuh yang sudah memudar, ada kaos kaki, sepatu butut tapi merknya yahud, kali aja malas dirawat.
“Hemm… sepintas kita lihat ini rumah kayaknya rumah kost mahasiswa. Jangan-jangan nggak ada apa-apa didalam rumah ini yang bisa kita makan, gimana, donk?” tikus jantan sesungut.
“Ah, abang, coba kita masuk dulu kedapur mereka, siapa tau ada pernak-pernik makanan yang bisa kita emut,” jawab si betinanya.
Dengan hati-hati, mereka merayap masuk kedalam rumah kost mahasiswa itu. Target utama tentu saja bagian dapur yang dianggap sebagai ruangan yang ‘makmur’. Tapi ketika tiba didapur, dua tikus lapar ini begitu terheran-heran, apa gerangan?
“Bang, dapur mereka yang ada cuma sampah kertas sarimi dan beberapa sampah bungkusan ajinomoto, apa kita mau makan plastik? Gimana , sih?” Tikus betina lemas.
“Kamu cerewet sekali, sabar, abang coba korek-korek nih kotak sarimi siapa tau ada sisa sarimi yang belum diembat mahasiswa. Astaga! Kok dikotak sarimi yang ada cuma pakaian bau yang udah berjamur. Ini kayaknya mahasiswa yang tinggal dirumah kost ini pemalas, masak pakaianya enggak dicuci, lihat tuh udah bau apek, ya ampun menyengat benar,” tiba-tiba tikus jantan lompat berkelebat dari kotak sarimi, ini mungkin karena aroma pakaian si mahasiswa itu.
“Iya bang, saya juga cium baunya, ayo kita keluar saja. Tidak ada apa-apa dirumah kos anak-anak muda malas ini,” ajak betina sambil menarik jantan dan berlalu dari rumah tersebut.
“Jadi sekarang bagaimana? What plan? What next? Apa kita mau lapar terus dari kemarin? Kalau betul-betul nggak ada makanan mending kita makan tanah aja deh, wong tanah ada dimana-mana kok.”
“Sabar dan nggak perlu bahasa Inggris segala. Di seberang jalan ini ada rumah yang sangat gede yang empunya kaya raya. Ada 5 Mobil mewah yang bodynya mulus. Kabarnya bapak yang punya rumah itu punya uang segunung yang uangnya disimpan di kotak besi.”
“Emang duit segunung darimana dia dapat? Lagian kita tidak butuh uang karena enggak bisa kita santap.”
“mana saya tau, tanya aja sama rumput bergoyang!”
“Oke. Kita coba kerumah itu, siapa tau didapurnya juga punya banyak makanan segunung dan rencana kita mau makan tanah bisa kita pending dulu, yuk!”
Akhirnya, dua tikus lapar sampai di sebuah rumah yang sangat besar nan mewah. Dilihat dari kacamata fengshui saja rumah tersebut sudah dirancang sedetail mungkin dengan mempertimbangkan sisi arah yang diyakini mujur. Lantainya yang licin kayak air terbuat dari keramik buatan Italia. Tiang-tiang yang menyangga kusen dipenuhi ukiran berseni tinggi yang kabarnya diangkut dari Yunani. Lampu dan pernak pernik alat-alat rumah tangga semuanya keluaran mutakhir. Pintu dan cendela semuanya punya kemampuan tertutup secara otomatis. Betul-betul membuat para pencuri yang mau merampok rumah ini kehabisan akal. Bisa dibilang, inilah rumah yang super mewah yang berdiri megah disebuah kelurahan yang rata-rata masyarakatnya melarat.
Lantas kok satu rumah ini bisa semewah itu? Siapa sih pemiliknya. Jangankan garong, kecoak saja tidak bakal bisa menyusup ke dalam rumah itu apalagi tikus, tikus kelaparan pula. Pokoknya banyak masyarakat yang belum tau apa kerja si pemilik rumah mewah itu. Semuanya masih misterius.
“Susah rasanya kita menyusup ke rumah ini. Ini rumah apa istana presiden, sih?” kata tikus betina.
“Jangan khawatir, kalau manusia punya banyak akal, kita juga punya 1001 rencana.” Tikus jantan membesarkan hati.
Maka, mulailah dua tikus ini menyusup melalui lubang tanah. Dibawah bangunan rumah mewah sang pejabat itu memang terdapat parit-parit yang berfungsi sebagai kanal pembuangan water closet. Nah, dari lubang pipa pembuangan kakus inilah dua tikus nekat ini berlabuh hendak menggapai dapur rumah sang pejabat.
“Ampun…baunya..hoax!
“Udah deh nggak usah banyak omong…masuk bau busuk kemulut nanti kalau banyak ngoceh!” Ketus tikus betina.
Susah payah mereka merangkak, merayap ke satu ruangan ke ruangan lain hingga tiba juga di dapur rumah yang begitu wah. Dua tikus ini betul-betul tidak habis percaya dengan apa yang ada dihadapan mereka. Betapa tidak, bermacam ragam makanan terserak tumpah ruah di dapur. Apa saja, mulai dari snack keju buatan Belanda sampai dodol made in Sabang juga ada. Semua makanan ‘terkulai’ seperti tidak ada yang memakanya atau memang orang yang makan sudah kekenyangan. Tinggal pilih saja mau makan apa. Akhirnya, dengan memastikan tidak ada pembantu yang datang ke dapur, tikus pun mulai berpasta pora, melahap apa saja yang bisa di telan.
“Kenyang sudah, perut membunting, lega sudah, akhirnya kita enggak jadi makan tanah,” tikus jantan membuka pembicaraan sambil mengelus-elus perut.
“Tapi saya sedih teringat anak-anak saya yang kemarin mati kelaparan, bang”
“Sudahlah, nanti kita kawin lagi, beranak lagi. Kita kan nggak perlu nikah-nikah dulu kayak manusia. Kan kita bukan manusia,” jantan menghibur si betina.
Beberapa saat, dari balik dapur terdengar ada suara manusia yang sedang berbicara. Tikus coba menguping sambil makan-makan.
“Masuk, Pak. Ada proyek apa nih?
“Begini, Pak! Alokasi dana yang ada untuk pembangunan proyek yang kita usulkan belum juga cair dari pusat. Lantas uang dari pusat untuk program kerakyatan yang sudah kita habiskan untuk pergi ke luar negeri dan uang yang habis tak terduga itu bagaimana kita siasati untuk kita tutupi agar tidak ketahuan? Mampus kita kalau kita tidak bisa pertanggung jawabkan dalam laporan keuangan nanti.”
“Lho, gampang saja. Sekarang ini kan masyarakat banyak membutuhkan bantuan paska tsunami. Bilang saja untuk dana membuat perumahan, modal usaha dll. Ajukan dananya yang lebih besar ke pusat untuk pembangunan infrastruktur yang rusak!” Begitu kata seseorang yang perutnya gendut sambil menunjuk sebuah buku.
Tikus yang sedang menguping hanya mengangguk-angguk. Sekarang mereka sudah tau siapa sebenarnya pemilik rumah mewah ini. Rupanya tikus berkaki dua! Dasar tikus!

jika anda berminat untuk mendownloadnya klik aja disini

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar

Sugar Shack - Epic Meal Time